Ribuan Personel Siap Dikerahkan Pasca Terjadinya Bencana Alam
Kapabar – Ribuan personel TNI-Polri, Pemerintah Kota Sorong, SAR Sorong, RAPI, hingga tokoh masyarakat mengikuti apel dalam rangka mendukung Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) tahun 2021, yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Provinsi Papua Barat.
Dalam kegiatan yang berlangsung di Lapangan Hocky, Kota Sorong itu, Senin (26/4), seluruh peserta apel menampilkan alat-alat yang akan mereka pergunakan untuk meminimalisir dampak bencana.
Mewakili Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, Staff Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Papua Barat, Nico Tike, mengawali sambutannya dengan menyampaikan apresiasi kepada BPBD karena telah melakukan kegiatan, yang telah melibatkan banyak institusi dan instansi tersebut.
Dirinya mengatakan bahwa Indonesia merupakan daerah dengan tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi, sehingga ia merasa kegiatan seperti ini perlu untuk dilakukan.
Karenanya sebagai peserta Nico mengajak instansi pemerintah, swasta, TNI-Polri dan elemen masyarakat untuk sama-sama meningkatkan kesiapsiagaan di lingkungan masing-masing.
“Kegiatan ini seharusnya dapat membuat kita lebih tangguh dalam menghadapi bencana- bencana yang akan datang. Belajar dari pengalaman-pengalaman bencana yang telah terjadi juga, keluarga harus mempunyai peranan penting dalam mensosialisasikan bagaimana cara menghadapi bencana,” jelas Nico.
Nico juga berharap peralatan yang telah ditampilkan dalam apel tadi dapat difungsikan semaksimal mungkin. Tidak hanya itu Nico juga mengimbau agar masyarakat yang berada di daerah rawan bencana, untuk dapat mengetahui titik-titik evakuasi.
“Kenapa masyarakat harus mengetahui titik evakuasi, karena dengan menyelamatkan diri ke titik evakuasi, keberadaan mereka dapat dengan mudah ditemukan oleh personel yang tergabung dalam Tim Kesiapsiagaan Kota Sorong.
Sementara itu, kepala BPBD Papua Barat, Derek Ampnir mengatakan bahwa bencana alam di provinsi Papua Barat beresiko tinggi. Menurutnya bencana alam terjadi karena dua hal yakni faktor kapasitas dan kerentanan.
“Kondisi wilayah Papua Barat soal bencana alam memang kita berisiko tinggi. Bencana alam itu bisa terjadi karena dua unsur yakni kerentanan dan kapasitas. Kapasitas adalah kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap situasi tertentu dengan sumber daya yang tersedia. Seperti yang tadi kita saksikan ada kearifan lokal seperti membunyikan kentungan bambu, yang dapat mengumpulkan warga,“jelas Derek.