
Kapabar – Guna mewujudkan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP), Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Papua Barat bekerja sama dengan Forkopimda Papua Barat Daya melaksanakan penanaman padi organik berbasis Microbachter Alfaafa (MA) 11 perdana di lahan pertanian Kelompok Tani Sidodadi, Kelurahan Klaru, Distrik Mariat, Kabupaten Sorong, Selasa (17/10).
Penanaman padi organik berbasis Microbachter Alfaafa (MA) 11 tersebut merupakan yang pertama kalinya di Kabupaten Sorong. Metode MA-11 sendiri merupakan salah satu metode penanaman padi berbasis organik yang mampu merombak bahan organik dengan sangat cepat.
Kepala Balai Penyuluh Pertanian ( BPP) Distrik Mariat Kabupaten Sorong Irianto mengungkapkan, kesuksesan hasil penanaman padi organik sudah terbukti di beberapa daerah di Pulau Jawa. Dimana, hasil panen padi organik tersebut bisa mencapai 3 kali lipat dengan kualitas beras yang lebih bagus.
“Di Papua Barat Daya ini baru percontohan, karena kami melihat di Jawa sudah banyak yang mengembangkan pertanian organik. Terbukti, hasil panennya mencapai 16 ton per hektar,” ujar Irianto.
Irianto menuturkan, di Kabupaten Sorong saat ini hasil panen padi rata-rata per hektarnya hanya 5,2 ton. Oleh karenanya, dengan adanya demplot percontohan padi organik nantinya bisa memacu semangat petani padi dengan hasil panen yang lebih bagus.
“Jika dengan program ini nanti hasil panennya bosa mencapai 10 ton saja kita sudah sangat bersyukur dan berterima kasih atas program yang digagas oleh BI,” lanjut Irianto.
Dia menerangkan, untuk menstimulus pertumbuhan padi juga digunakan pupuk organik. Mulai dari pupuk padat hingga pestisida juga digunakan bahan organik. Bahkan tidak ada pemberian pupuk kimia maupun insektisida kimia.
“Pupuk organik yang akan digunaka juga akan kami produksi secara mandiri. Di BPP Mariat saat ini sudah ada 4 yang sudah aktif, bahkan nanti dengan adanya kegiatan ini nanti juga akan dikembangkan unit pengelolaan pupuk organik (UPPO),” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, BI Papua Barat juga turut mendorong program pertanian organik dengan menyerahkan sejumlah bantuan alat pertania kepada masyarakat Kelompok Tani Sido Dadi. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan wilayah Papua Barat, Rommy S. Tamawiwy.
Menurut Rommy, output paling akhir dari kegiatan pengendalian inflasi pangan adalah terciptanya kedaulatan pangan suatu daerah. Sehingga tidak lagi terjadi ketergantungan pangan dari satu daerah ke daerah lain.
” kegiatan hari ini adalah bagian dari stimulus yang berorientasi pada kedaulatan pangan. Harapan paling tinggi tentunya adalah agar Papua Barat Daya khususnya Kabupaten Sorong bisa memiliki lumbung pangan sendiri sehingga tidak perlu lagi mengimpor dari daerah lain,” imbuh Rommy.
Pihaknya berkomitmen bajwa BI akan senantiasa mensupport program strategis pemerintah terutama dalam pengendalian inflasi pangan dengan menggalakkan kegiatan pertanian skala mikro maupun makro. *RON