Pj Walikota Sebut Kota Sorong sebagai Kota Beriman, PA GMNI : Urus Sampah Saja Tidak Bisa Baru Mau Berkhayal Tinggi
Kapabar – Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD PA-GMNI) Papua Barat dan Papua Barat Daya Yosep Titirlolobi, S.H menilai statement Pj Wali Kota Sorong yang menyebutkan Kota Sorong sekarang adalah Kota Beriman dan bukan lagi kota bajingan adalah akal-akalan yang penuh dengan pencitraan.
Menurut Yosep, statement Pj Walikota Sorong di beberapa media, bahwa yang bersangkutan ingin Kota Sorong mulai harus membiasakan diri dengan sebutan kota beriman adalah mimpi disiang bolong atau khayalan yang terlalu tinggi.
Menurut Yosep, yang harus dilakukan Pj Walikota Sorong Saudara, George Yarangga, A. Pi.,M. M saat ini adalah berhenti berkata-kata dan harus mampu membuktikan program kerja dulu kepada rakyat.
“Masyarakat Kota Sorong itu butuh kerja nyata bukan kerja pandai menata kata-kata,” ujar Yosep.
“Jangan terlalu lincah berbicara dalam merangkai kata-kata yang bagus, padahal sampah dan banjir tidak bisa diatasi oleh Pj Walikota selama kepemimpinan beliau yang sudah memasuki 10 bulan kerja. Jangan terlalu mengkhayal tinggi,” keluh Yosep.
Bahkan Yosep pun berani meyakini, jika tetap mempertahankan metode pandai berkata-berkata seperti itu, sampai masa jabatannya habis pun, Pj Walikota tidak akan mampu mengubah images Kota Sorong yang sudah akrab dengan sebutan kota bajingan.
“Bagaimana mungkin kota ini mau jadi kota beriman, kalau sampai sekarang saja Pj Walikota Sorong tidak mampu untuk mengurus kebersihan di Kota Sorong. Tempat sampah saja tidak tersedia di tempat umum terus mau salahkan siapa? rakyatkah? kan tidak mungkin,” sesal Yosep.
Selain itu jelas Yosep, sebagai seorang Pj Walikota Sorong, beliau harus bertanya kepada Kepolisian Polresta Sorong Kota kenapa Kota Sorong sampai identik dengan sebutan kota bajingan, biar yang bersangkutan kemudia mendapat penjelasan, atau paling tidak beliau kumpul pemuda dan bertanya, bukannya sibuk pencitraan.
“Kota Sorong disebut sebagai kota bajingan disebabkan oleh beberapa aspek, dimana angka kriminal di Kota Sorong saat itu tertinggi Se-Papua Barat, begitupun setelah dimekarkan menjadi Provinsi Papua Barat Daya. Belum lagi banyak oknum pejabat di provinsi ini yang suka korupsi, ditambah lagi sukuisme dan nepotisme di dalam sistem pemerintahan,” ungkap Yosep.
“Jujur saja PR seorang Pj Walikota Sorong untuk mengatasi tingginya angka kriminal, banjir dan sampah, memang berat. Tapi alangkah baiknya Pj Walikota ikut memberikan support pihak kepolisian dalam menekan angka kriminal, salah satunya dengan pengadaan CCTV di titik yang rawan akan tindak kriminal. Semoga saja apa yang saya katakan ke media hari ini bisa dijadikan renungan dan bahan kerja bagi seorang Pj Walikota, jangan berkata-kata manis saja, karena itu tidak akan merubah apapun,” tuntas Yosep.*HMF