Sukamto : CGP Diharapkan Mampu Menjadi Pemimpin Sekolah dan Pembelajaran
Kapabar – Mengusung tajuk Keberlanjutan Pengembangan Diri dan Sekolah, Balai Guru Penggerak (BGP) Papua Barat menggelar kegiatan lokakarya 6 bagi 24 Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan 5 se-Kota Sorong di Aula SMP Negeri 6 Kota Sorong, Sabtu (10/12).
Kapokja BGP Papua Barat, Sukamto mengatakan, lokarkarya sebagian serangkaian Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang memakan waktu hingga enam setengah bulan.
“Kemudian dalam pendidikan selama enam bulan itu, disitu ada tiga pola mulai dari daring, luring dan pendampingannya. Bahwa dalam daring itu nanti setiap CGP selama enam bulan membuka Learning Management Sistem (LMS) difasilitasi oleh fasilitator guru penggerak dan instruktur guru penggerak,” ujar Sukamto disela-sela kegiatan lokakarya kepada Kapabar.
Dia menerangkan, selama enam bulan tersebut, kurang lebih ada sekitar 8 lokakarya, mulai dari lokakarya 0, lokakarya orientasi, lokakarya 1 hingga sekarang ada lokakarya 6. Dimana setiap lokakarya itu memiliki thema yang berbeda-beda.
“Pada kesempatan ini CGP akan diajari bagaimana membuat suatu program sekolah selama satu tahun. Karena kebetulan tujuan guru penggerak itu sebenarnya bagaimana guru-guru penggerak ini bisa menjadi pemimpin sekolah dan pemimpin pembelajaran di masa depan. Jadi proyeksinya ialah, selain mendapatkan ilmu dan up ilmu salah satunya mendapatkan SIM untuk menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah,” ungkapnya.
Dia menambahkan, dari lokakarya yang dilakukan, Kota Sorong sudah punya dua angkatan, yakni angkatan pertama 15 guru penggerak yang sudah selesai diklat dan sudah beberapa diantaranya diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah.
“Sekarang ini yang angkatan lima untuk Kota Sorong ada 24 CGP. Intinya itu kami harapkan mampu menjadi pemimpin sekolah dan pemimpin pembelajaran,” tuntasnya.
Sementara itu, mewakili Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Kota Sorong, Eske Saaotje Liondatu menyampaikan mendukung penuh kegiatan lokakarya agar CGP tetap semangat, karena pendidikan ini harus bisa mengatur waktu untuk belajar mandiri. “Sebab, fasilitator itu cuma memandu saja. Kebanyakan mereka belajar mandiri untuk bisa menjadi guru penggerak,” tutupnya. *RON