Forum Lintas Suku Asli Papua Kecam Aksi Saling Serang di Kilometer 10
Kapabar – Forum Lintas Suku Asli Papua mengecam pertikaian dua kerukunan yang berujung pada pembakaran bangunan Double O hingga menimbulkan 17 korban jiwa. Forum Lintas Suku Asli Papua juga menegaskan, jika tidak memiliki niat baik di tanah Papua, oknum-oknum yang membawa nama kesukuan lebih baik angkat kaki dan kembali ke daerah asal mereka masing-masing.
Wakil Ketua II Forum Lintas Suku Asli Papua, Melkianus Osok mengakui bahwa apa yang terjadi pada tanggal 24 Januari 2022 kemarin telah menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran yang luar biasa bagi warga Kota Sorong. Karenanya Melkianus menegaskan hal serupa harus menjadi yang pertama dan terakhir di Kota Sorong.
“Saya merindukan kedamaian, ketentraman, keamanan di kota ini, karenanya saya ingatkan warga Kota Sorong entah itu keriting, lurus, hitam, sawo matang, dari etnis apa dan agama apa, untuk menjaga hal-hal baik di kota ini. Kejadian yang kemarin benar-benar tidak boleh terulang lagi,” kata Melkianus di Mapolres Sorong Kota, Jumat (28/1).
Melkianus juga menegaskan, kalau tidak dapat menjaga keamanan di Kota Sorong dan kejadian serupa terulang lagi, oknum-oknum yang terlibat di dalamnya harus angkat kaki dari Kota Sorong.
“Tidak ada kompromi kalau ada yang bikin hal serupa lagi, harus lipat tikar bantal dan kembali ke daerah asalmu. Perlu diingat, agama mengajarkan kita untuk berbuat baik, bukan bikin hal yang bikin takut orang lain. Kita di sini sama-sama cari makan, jadi tolonglah saling menghargai dan mengasihi seperti ajaran agama tadi,” tegas Melkianus.
Sementara itu Kepala Suku Besar Biak Papua Barat, Hengky Korwa mengapresiasi kinerja TNI-Polri yang telah mengatasi masalah di Kilometer 10, Kota Sorong beberapa hari yang lalu.
Dalam wawancaranya, Hengky juga sependapat dengan Wakil Ketua II Forum Lintas Suku Asli Papua, dimana menurutnya barang siapa yang masih menginjakkan kaki di Indonesia, harus menaati hukum agama, hukum positif, dan hukum adat.
“Kita menginjakkan kaki di tanah Papua, berarti kita harus siap menaati aturan yang ada. Tetapi yang terjadi kemarin sungguh sangat keterlaluan dan menimbulkan ketakutan yang luar biasa, masalah ini bahkan sudah diketahui se-Asia Tenggara,” ujar Hengky.
Karenanya, Hengky meminta agar kepala suku yang ada di Kota Sorong mampu mengatur dan membina anggotanya. Dimana menurut Hengky, masalah-masalah yang mengandung unsur SARA harus dicegah agar tidak terjadi di Kota Sorong.
“Kita semua harus bergandeng tangan untuk mencegah hal-hal negatif yang direncanakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Saya juga mendukung agar proses hukum tetap berlangsung dan pelaku segera ditangkap serta dihukum sebagaimana mestinya. Kota ini harus aman, negara ini harus aman, tidak ada tawar menawar,” tegas Hengky.*HMF