Kapabar – Momentum tanggal 5 Februari merupakan tanggal yang bersejarah bagi sejarah Pekabaran Injil di Tanah Papua. 5 Februari 2021 adalah tanggal dimana umat Kristiani di Tanah Papua merayakan Hut Pekabaran Injil Ke-166 Tahun.
Perayaan Hut Pekabaran Injil Ke-166 Tahun sesungguhnya sebagai pertanda peringatan atas perjalanan hidup dan mati dua zendeling, yaitu Carl Willem Ottouw dan Johan Gottlob Geissler, saat memulai perjalanan dari Benua Eropa ke Benua Asia dengan tujuan Tanah Papua pada Tahun 1851.
Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari, Yan Christian Warinussy, SH, mengisahkan, Johan Gottlob Geissler adalah murid di rumah Gossner, dimana dia didik dalam kehidupan doa dan pembacaan firman yang sungguh serta dalam mempelajari berbagai pengetahuan.
Bulan Februari Tahun 1852, Johan Gottlob Geissler berpamitan dengan kedua orang tuanya untuk memulai perjalanannya dengan misi luar negeri bersama seorang lain bernama Schneider.
Perjalanan dari Benua Eropa hingga tiba di Tanah Papua, Pulau Mansinam, dengan menelan waktu selama tiga tahun. Sebagian besar dari perjalan itu ditempuh dengan berjalan kaki untuk menghemat biaya.
Mereka sempat menginap beberapa hari di Negeri Belanda, sebelum akhirnya mereka dipertemukan dengan seorang misionaris lain bernama Carl Willem Ottouw yang juga telah diutus sebelumnya dengan tujuan yang sama (Tanah Papua atau Nieuw Guinea saat itu).
Pada malam hari, tanggal 26 Juni 1852, Geissler bersama rekannya Schneider dan Ottouw memulai perjalanan laut dengan menumpang Kapal Abel Tasman dan berangkat dari Pelabuhan Laut Rotterdam menuju Batavia (kini Jakarta).
Sebelum berangkat, mereka bersama-sama berdoa dan menyerahkan diri mereka dengan sukacita ke dalam pemeliharaan tangan TUHAN. Sebagaimana kata yang diucapkan mantan Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Pdt. Emiritus Willem Maloali yang mengatakan ‘Iman macam apa ini yang bisa menggerakkan dan membawa anak muda Geissler dan rekannya hingga mau datang membawa kabar sukacita (Injil) kepada orang-orang Papua kala itu’. Sambung dia ‘Sesungguhnya, saya menemukan dua alasan yang menggerakkan Geissler, pemuda asal Langenreichenbach dekat Togau, Jerman tersebut datang ke Tanah Papua’.
Pertama, bahwa sejak mudanya di Jerman, dia sudah terpanggil lewat aktivitasnya sebagai pemuda gereja untuk ikut mengabarkan Injil ke Tanah Papua. Kedua, karena Perintah Bukit Zaitun di dalam Kitab Injil Matius Pasal 28 Ayat 18-20 yang berbunyi : ‘Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu, pergilah jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Diperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’.
Perjalan ketiganya, tiba pada tanggal,7 Oktober 1852 di Pelabuhan Batavia dan mereka kemudian di uji kesabarannya selama satu setengah tahun oleh Tuhan. Hingga bulan April 1854 ada kesempatan untuk mereka meninggalkan Pulau Jawa untuk menuju ke Pulau Papua sebagai tanah kerinduan mereka.
Perjalanan dengan Kapal laut melalui Surabaya dan Makassar hingga tiba di Ternate pada akhir Mei 1854. Di Ternate, Ottouw dan Geissler belajar bahasa Papua selama setengah tahun. Dari Ternate juga kedua zendeling ini menerima surat dari Sultan Ternate yang ditujukan kepada para Kepala suku untuk melindungi dan menolong mereka jika mereka kekurangan makanan.
Tepat di bulan Januari 1855, Ottouw dan Geissler berangkat menumpang Kapal dari Ternate dan tiba di Mansinam, Hari Minggu, 5 Februari 1855. Geissler menulis dalam buku hariannya ‘Kalian tidak dapat membayangkan betapa besarnya sukacita kami pada saat akhirnya dapat melihat tanah tujuan kami’.
Minggu pagi pada Pukul 06.00 WIT, bersamaan dengan fajar yang merekah di Ufuk Timur Tanah Papua, jangkar Kapal yang mereka tumpangi dijatuhkan ke laut untuk berlabuh di Teluk Doreri. Matahari terbit dengan indahnya.
‘Ya, semoga matahari yang sebenarnya, yaitu Rahmat Tuhan menyinari kami dan orang-orang kafir yang malang itu, yang telah sekian lamanya merana dalam kegelapan. Semoga Sang Gembala Setia mengumpulkan mereka di bawah tongkat-Nya yang lembut! Di dalam Nama Tuhan kami menginjak tanah ini’ begitulah yang ditulis Pdt. Reiner Schneumann dalam bukunya berjudul ‘Fajar Merekahh Di Tanah Papua, Hidup dan Karya Rasul Papua, Johann Gottlob Geissler (1830-1870) dan Warisannya Untuk Masa Kini’.
Pdt. Reiner menulis pada halaman 28 buku itu, sebagaimana tindakan yang terakhir yang mereka lakukan pada saat berangkat dari Benua Eropa, maka yang pertama mereka lakukan adalah berdoa. Mereka masuk ke dalam semak-semak, berlutut dan mencurahkan isi hati mereka dan memohon kepada Tuhan untuk memperoleh kekuatan, hikmat dan terang, agar dapat memulai pekerjaan dengan baik dan agar Tuhan mengasihani orang-orang kafir yang malang dan merana itu’.
Dirinya mengaku, itulah sepenggal cerita tentang awal perjalanan Ottouw dan Geissler selama kurang lebih tiga tahun dari Tanah Jerman di Benua Eropa kemudian ke Negeri Belanda hingga melalui Pulau Jawa, Sulawesi dan Halmahera dan akhirnya tiba di Pulau Mansinam, Teluk Doreri, Manokwari untuk tujuan Pekabaran Injil, yang saat ini diperingati usianya yang ke 166 Tahun oleh kita semua.*HBN