Terkini

Kolaborasi UNAMIN dan UNIPA Berikan Pendampingan Pemanfaatan Sagu untuk Masyarakat Kampung Baingkete

Kapabar – Universitas Muhammadiyah Sorong (UNAMIN) yang berkolaborasi dengan Universitas Papua (UNIPA), memberikan pendampingan pemanfaatan sagu yang merupakan pilar ketahanan pangan dan energi ramah lingkungan bagi warga Kampung Baingkete, Kabupaten Sorong.

Mendampingi masyarakat mulai dari penanaman sagu hingga membuat pati sagu menjadi tepung kering, menjadi kegiatan baru bagi sejumlah dosen dan mahasiswa UNAMIN dan UNIPA.

Ponisri, S.Hut., MP selaku Ketua Pelaksana Pendampingan Pemanfaatan Sagu mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan program Hibah Kosabangsa oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (DRTPM), dimana yang menjadi sasarannya masyarakat di daerah terpencil, salah satunya Kampung Baingkete.

Menurut Ponisri, dalam kegiatan pendampingan yang rencananya akan berlangsung dari bulan Oktober 2023 – Desember 2023, masyarakat Kampung Baingkete akan dilatih untuk menanam sagu. Menurut Ponisri, penanaman sagu bertujuan untuk menjaga kelestarian tanaman sagu di Kampung Baingkete.

Kedua lanjut Ponisri, masyarakat dilatih untuk membuat olahan kue dari tepung sagu. “Masyarakat atau mitra diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah tepung sagu menjadi beberapa olahan kue kering dan kue basah. Kegiatan ini sebagai pemberdayaan masyarakat dalam hal kemandirian pangan olahan tanaman lokal untuk peningkatan ekonomi masyarakat,” jelas Ponisri.

Selanjutnya kata Ponisri, Masyarakat Kampung Baingkete dilatih untuk membuat pakan ternak dari sagu. Dijelaskan Ponisri, dalam fase ini masyarakat diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah ampas sagu menjadi pakan ternak unggas, yang memiliki kandungan atau nilai gizi tinggi dan bisa meningkatkan produktivitas peternak unggas dan peningkatan ekonomi. Menurut Ponisri, selama ini ampas atau limbah sagu tergolong melimpah di Kampung Baingkete, karena minimnya pengetahuan masyarakat untuk mengolahnya.

Keempat ujar Ponisri, masyarakat dilatih dan didampingi dalam pembuatan briket. “Masyarakat diberikan pengetahuan dan pelatihan untuk mengolah ampas sagu menjadi briket sebagai pengganti kayu bakar. Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, terhadap Pemanfaatan apa sagu yang ramah lingkungan serta peningkatan dalam perekonomian masyarakat di Kampung Baingkete,” terang Ponisri.

Masyarakat juga kata Ponisri, diajarkan bagaimana cara menanam Jamur Tiram. Jelas Ponisri, masyarakat diberikan pengetahuan keterampilan untuk mengolah ampas sagu sebagai media tumbuh atau baglog jamur tiram sehingga perwujudan Low Eksternal Input Sustainable Agrikultur (LEISA) dapat terwujud dan berdaya guna bagi masyarakat.

Terakhir sambung Ponisri, masyarakat dilatih untuk membuat pati sagu menjadi tepung kering. “Dalam tahapan ini masyarakat diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk membuat pati sagu menjadi tepung kering, agar daya awet lebih lama sehingga memudahkan dalam pengolahan menjadi makanan, dan agar bisa dipasarkan karena sifatnya yang lebih awet daripada pati sagu basah yang secara otomatis menunjang ketahanan pangan di Kampung Baingkete,” jelas Ponisri.

Dalam wawancaranya, Ponisri juga menyampaikan bahwa pihaknya akan membuatkan program agar masyarakat Kampung Baingkete dapat memasarkan hasil olahan sagu mereka. Lanjut Ponisri, marketing secara digital harus dilatih dan dilakukan masyarakat karena terbatasnya jumlah pasar di Kampung Baingkete.

Ponisri pun mengutarakan harapannya yang meninginkan pendampingan pemanfaatan sagu yang tersisa satu setengah bulan lagi dapat menambah kemampuan serta meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat Kampung Baingkete.*HMF

Tampilkan Lebih Banyak

Artikel Terkait

Back to top button