Terkini

Kapal EcoXplorer Siap Digunakan Untuk Ekowisata dan Angkut Komoditas Lokal di Papua Barat

Kapabar – Yayasan Ekosistem Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa) sebagai NGO yang fokus pada isu lingkungan di Indonesia Timur, khususnya wilayah Papua barat, Papua dan Maluku meluncurkan kapal riset bernama EcoXplorer. Kapal kayu model pinisi, kapal khas Sulsel kini berlabuh di daerah Papua Barat, Kabupaten Sorong , Malaumkarta (20/08).

Pada upacara adat ini, beberapa tetua-tetua adat Moi nampak membacakan mantra sambil mengililingi kapal. Mereka juga membawa pinang, buah sirih, dan nasi kuning yang dibungkus dengan daun dan dililit. Selanjutnya, pinang, sirih, dan nasi kuning itu dilempar ke laut guna menolak bala.

Salah satu Tokoh Adat Moi, Benyamin Kalami mengatakan upacara seperti ini baru kali pertama kali dilakukan di kampung Malaumkarta. Lanjut Benyamin, karena generasi Malaumkarta juga terlibat aktif di kegiatan Econusa otomatis dirinya bersama orang tua yang lain juga harus terlibat juga  melakukan budaya agar jadi jaminan untuk generasi ke depan.

“Anak muda ini harus ikut dan mereka harus tau, karena ketika kita sudah tiada mereka yang akan melanjutkan budaya itu,” kata Benyamin.

Benyamin menjelaskan, dalam bahasa Moi, upacara adat itu disebut Benvie Kama Book. Benvie yang artinya upacara, Kama artinya perahu, Book yang artinya pesiar. Dalam upacara dan ritual itu sendiri jelas Benyamin, tua-tua adat akan menyebutkan nama-nama para arwah, dimana terdapat 14 marga Moi di dalamnya.

“Jadi perumpamaannya seperti ini, upacara adat sirih pinang bertujuan untuk memanggil arwah terdahulu agar mereka merestui apa yang kita lakukan, sehingga tidak terjadi hal-hal buruk di kemudian hari terutama saat kapal dalam posisi beroperasi nanti,” terang Benyamin.

Sementara itu, Kepala Kantor Econusa Wilayah Sorong Raya, Fransiskus Xaverius Adi Saputra menjelaskan bahwa, kapal ini akan beraktivitas atau berlayar di wilayah Indonesia Timur seperti di Maluku, Maluku utara, Papua dan Papua Barat.

Fransiskus pun menjelaskan, selain untuk kepentingan riset, kapal dengan kapasitas GT 136 ini juga akan digunakan untuk mengangkut komoditi lokal dan wisata. Sambung dia, kapal tersebut juga akan digunakan sebagai kapal pendidikan.

“Kami punya jejaring anak muda bernama EcoDefender, jejaring anak muda ini yang mendesain kegiatan-kegiatan edukasi tentang lingkungan, adat budaya dan akan dilakukan di atas kapal,” jelas Fransiskus.

Mengenai struktur kapal, Muhammad Firman selaku guide kapal menjelaskan kapal EcoXplore terdiri dari 9 kabin, yang mana 6 kabin terdiri untuk kamar tamu, 3 kabin untuk kamar crew dan ruang navigasi. Diterangkan Firman lagi, kapal itu juga memiliki navigasi yang sudah berstandar internasional dan terdapat Life Raft yang muat 35 orang.

“Kapal ini dilengkapi juga dengan 4 mesin, yang mana 1 mesin induk dan 3 mesin listrik. Untuk produksi air di kapal itu menggunakan watermarker yang dapat merubah air laut menjadi air tawar. Jadi untuk kebutuhan air tawar di kapal kita tidak pernah isi air lagi,” beber Firman mengakhiri.*AZS

Tampilkan Lebih Banyak

Artikel Terkait

Back to top button